skip to main |
skip to sidebar
WASHINGTON - Kekrisuhan politik yang terjadi di Thailand saat ini, menurut Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya tidak lepas dari campur tangan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra. Piromya bahkan menyebut mantan perdana menteri yang dalam pelarian itu sebagai teroris.
Menghadiri pertemuan Konferensi Keamanan Nuklir di Washington, Amerika Serikat (AS), Menlu Piromya juga mengecam dunia internasional yang tidak mau membantu meringkus Thaksin saat dalam pelariannya. Piromya mencontohkan aksi Jerman dan Rusia yang seperti menutup mata atas kasus korupsi Thaksin dan mengizinkannya masuk ke wilayah negara mereka.
"Semuanya (Jerman dan Rusia) seperti tidak merasa bersalah, padahal dia (Thaksin) tak ubahnya seperti teroris," tegas Menlu Thailand Kasit Piromya seperti dikutip AFP, Selasa (13/4/2010).
Menlu Piromya juga mencibir Dubai yang sering menjadi tempat perlindungan Thaksin usai dirinya dikudeta oleh militer pada tahun 2006. Piromya juga memprotes Nicaragua dan Montenegro, yang melakukan hal serupa dengan Dubai.
"Ada interaksi dari negara di dunia dengan Thaksin. Bagaimana bisa Rusia mengizinkannya masuk ke wilayahnya selama dua hari, atau Jerman sebelumnya," keluh Piromya. "Semua bertindak terlalu naif, menutup mata atas kesalahannya hanya karena ia pernah menjadi Perdana Menteri Thailand Terpilih," keluhnya.
Atas tingkah laku Thaksin ini, Menlu Piromya tidak dapat menyembunyikan rasa geramnya. Ia bahkan menyamakan pengusaha media Thailand tersebut dengan teroris Al Qaeda dan pemimpin masa lalu seperti Adolf Hitler, Joseph Stalin dan Benito Mussolini.
Piromya juga mengeluh pemerintahnya tidak mendapatkan bantuan internasional untuk menangkap Thaksin. "Thailand tidak mendapatkan bantuan apapun tentang (penangkapan) Thaksin. Bahkan interpol menolak untuk bekerjasama dengan kami," ungkap Menlu Piromya.
Selain itu Piromya juga menyalahkan Thaksin yang menggunakan kekuatannya dari luar untuk menghancurkan Pemerintahan Thailand yang demokratis saat ini. Menlu yang sedang berada di Washington atas undangan Presiden AS Barack Obama tersebut, menuduh Thaksin telah mengorganisir protes anti pemerintah yang pekan lalu berujung pada bentrok yang menewaskan 21 jiwa.
Thaksin yang kini berusia 60 tahun, mengasingkan dirinya untuk menghindari dakwaan korupsi yang dijatuhkan kepadanya pada tahun 2008 lalu. Ia juga memberikan instruksi pada kelompok anti-pemerintah yang disebut 'kaus merah' melalui internet.
0 komentar:
Posting Komentar